LAPORAN
PLANKTONOLOGI 01
‘’IDENTIFIKASI PLANKTON DI
PERAIRAN’’
Disusun oleh :
GIANTO
130254244414
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia
merupakan suatu negara yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan dan
sumberdaya perairan indonesia sangat kaya akan hasil-hasil laut terutama
ikan.dalam ekosistem perairan indonesia jug sangat banyak terdapat berbagai
jenis plankton.
Plankton
adalah mikroorganisme yang di temui hidup diperairan baik di air tawar, air
payau dan air laut. Organisme ini baik dari jumlah dan jenisnya sangat banyak.
Secara fungsional, plankton dikelompokan menjadi dua yaitu fitoplankton
(nabati) dan zooplankton (hewani).perbedaan pokok diantara kedua adalah
fitoplankton dapat berfotosintesis sehingga berfungsi sebagai produsen primer
di perairan sedangkan zooplankton tidak berfotosintesis sehingga berfungsi
sebagai konsumen pertama di perairan. Baik jumlah (kuantitas) maupun jenis,
lebih dari 90% fitoplankton terdiri dari algae (ganggang).
Variasi
bentuk dan warna algae bagaikan tak terhitung ragamnya dan alam telah
menperlihatkan tidak ada yang lepas dari kontruksi(bentuk) yang indah dari
tumbuhan ini. Semua bentuk dan keindahan di alam ini dapat di temukan pada
algae, mereka mempunyai bentuk-bentuk yang anehdan kebiasaan khas yang
tersebar.
Zooplankton
(plankton hewani) berperan penting dalam rantai makanan dan kesetabilan sebuah
ekosistem. Zooplankton di perairan sangat berperan bagi ikan-ikan kecil yang
hidup di perairan sebagai makannya.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan
dari praktikum yang dilakukan pada pelajaran Plaktonologi ini adalah :
1) Memperkenalkan
dan mengetahuai berbagai jenis plankton yang
ada di alam baik itu air tawar, air payau, dan air laut.
2) Mengetahui
teknik dan prosedur cara pengambilan sampel plankton.
3) Melakukan
analisis kelimpahan plankton misalnya indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominasi.
4) Menyajikan
secara ringkas teori teori dasar planktonologi.
5) Menambah
keterampilan mahasiswa/i dalam melaksanakan praktikum.
1.3 Manfaat praktikum
Manfaat
dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui bentuk dan jenis jenis
plankton yang ada di perairan baik itu air tawar, payau, laut dan pada
praktikum yang dilakukan kita dapat mengetahui yang mana fitoplankton dan
zooplankton dengan ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Plankton
Plankton
merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut oleh gerakan
massa air. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga merupakan organisme
pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga dapat melawan gerakan massa
air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan bentos yang terdiri dari organisme
yang hidup di dasar perairan (Stewart, 1986).
Dalam klasifikasinya, organisme plankton
dapat dibedakan berdasakan:
1. Berdasarkan
Fungsi
Plankton
digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu:
a. Fitoplankton
Fitoplankton
atau plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di
perairan. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm = 0,001 mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal (Anonim1, 2010).
Fitoplankton
mempunyai fungsi penting di perairan karena bersifat autotrofik, yakni dapat
menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga
mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena
mengandung klorofil dan karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai
primer producer (Stewart, 1986).
b. Zooplankton
Zooplankton
atau plankton hewani adalah hewan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam
perairan. Kemampuan berenangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, artinya
tidak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Jadi zooplankton
lebih berperan sebagai konsumen (consumer) bahan organik (D. B, Mukayat, 1994).
Zooplankton
ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke
permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang
hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton
yaitu ketika masih berupa telur dan larva (D. B, Mukayat, 1994).
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton
merupakan bakteri yang hidup sebagai plankton. Bakterioplankton mempunyai ciri
yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel
dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis (Dianthani,
2003). Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai
(decomposer). Semua biota laut yang mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga
akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara
ini kemudian akan didaurulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam
proses fotosintesis (Dianthani, 2003).
d. Virioplankton
Virioplankton
adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil
(kurang dari 0,2 μm) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton
dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak
menunjukkan kegiatan hayati. Virioplankton dapat memecahkan dan mematikan
sel-sel inangnya (Dianthani, 2003).
Berdasarkan
daur hidupnya plankton dibagi menjadi :
a) Holoplankton
Dalam
kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai
plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton
termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat.
Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton (Anonim1, 2010).
b) Meroplankton
Plankton
dari golongan ini berperan sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur
hidup biota tersebut, yaitu pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak
dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang
bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh
sebab itu, meroplankton disebut sebagai plankton sementara (Anonim1, 2010).
Meroplankton
ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda
dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak
menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa (Anonim1, 2010).
c) Tikoplankton
Tikoplankton
sebenarnya bukan plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya
hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia
terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton
(Anonim1, 2010).
2.2
Peranan Plankton
Plankton
sebagai bioindikator kualitas suatau perairan terutama perairan mengeenang
dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi
tingkat tropik perairan tersebut.fluktuasi dari populasi plankton sendiri
dipengaruhi terutama perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu yang
dapat mempengaruhi populasi plankton adalah ketersediaan nutrisi disuatu
perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fospor yang terakumulasi dalam
suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan
proses ini akan menurunkan kualitas perairan (Umar,2002).
2.3 Sampling Plankton
Pengambilan
sampel dapat dilakukan baik secara vertikal maupun horisontal. Pengambilan
sampel secara vertikal sering mengikuti petunjuk kedalaman standar oseanografi
(Michael, 1995). Peralatan sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel
pada umumnya berbeda-beda menurut ukuran plankton. Pada pengambilan sampel
fitoplankton dan nanoplankton dapat dilakukan dengan cara:
1.
Menggunakan jaring plankton yang memilki diameter mulut sebesar 30 cm dan mata
jaring 64 mm.
2.
Pengambilan sampel dengan anung Van Dorn atau Niskin, ditampung dalam botol sampel (250 ml) diberi bahan pengawet
Formalin atau larutan Lugol.
3.
Pengambilan sampel dengan tabung Van Dorn atau Niskin, selanjutnya dilakukan
penyaringan sebanyak lebih dari 21 dengan jaring plankton berdiameter 15 cm
dengan mata jaring 20 mm (Michael, 1995).
Pengambilan
zooplankton pada umumnya dilakukan dengan menggunakan jaring plankton, meskipun
dapat dilakukan dengan cara lain, misalnya melakukan penyedotan air dengan
pompa, kemudian air disaring dengan jaring tertentu (102 mm, 200 mm atau 300
mm). Cara ini cukup jarang dilakukan karena memerlukan peralatan khusus dan
wahana praktikum yang dilengkapi peralatan listrik agar dapat melakukan
penyedotan air dan dalam pengoperasiannya hanya terbatas pada kedalaman
permukaan (Michael, 1995).
Pemberian
bahan pengawet pada sampel dimaksudkan agar sampel-sampel yang tidak dapat
diamati segera setelah pengambilan sampel, tidak mengalami kerusakan.
Jenis-jenis bahan pengawet yang umum digunakan di lapangan adalah Formalin,
larutan Lugol, dan larutan Bouin. Sedangkan penggunaan alkohol untuk pengawet
plankton jarang dilakukan. Pemberian bahan pengawet dilakukan dengan segera
setelah sampel ditampung dalam botol sampel agar plankton tidak mengalami
kerusakan akibat terjadi proses pembusukan (Michael, 1995).
Terdapat
dua metode sampling plankton yang dikenal sesuai dengan tujuannya dibagi
menjadi:
1. Kualitatif, yaitu bertujuan untuk
menyesuaikan jenis-jenis plankton.
2.
Kuantitatif, yaitu bertujuan untuk mengetahui kelimpahan plankton (Hariyanto,
2008).
![]() |
Metode sampling kuantitatif pada umumnya dilakukan untuk mengetahui kepadatan plankton per satuan volume. Sampling plankton secara kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan jaring plankton (plankton net). Penggunaan jaring plankton, selain sangat praktis, juga memperoleh sampel yang cukup banyak. Jaring plankton umumnya berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran dengan panjang jaring sekitar 4-5 kali diameter mulutnya.
Gambar
1: Jaring plankton
Jaring
berfungsi untuk menyaring organisme planktonik (plankter) yang ada di dalam air
sehingga jenis plankton yang tertangkap sangat tergantung pada ukuran mata
jaring. Sehingga ukuran mesh yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis
ataun ukuran plankton yang akan diamati. Untuk perairan dangkal di daerah
tropis, dianjurkan untuk menggunakan mesh dengan ukuran 30-50 μm untuk
fitoplankton dan zooplankton kecil. Untuk zooplankton yang ukurannya relatif
besar digunakan mata jaring 150-175 μm (Wickstead, 1965 dalam Hutagalung, 1997)
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Adapun
waktu yang digunakan dalam praktek
planktonologi ini dilakukan pada tiap hari kamis tanggal 12 dan 19 Desember
2014 dilanjutkan pada hari senin 22 Desember 2014 yang dilakukan pengamatan
ditempat Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini adalah :
v Logol
iodin 5 % atau Formalin 4%.
v Sampel
air (tawar, payau. laut).
v Mikroskop
binokuler
v Kaca
objek(objek glass) dan kaca tutup(cover glass)
v Tisue
v Air
akuades
v Jaring
Plankton Net
v Lup
inokulasi
3.3 Prosedur Praktikum
Dalam
melaksanakan praktek yang dilakukan ada beberapa langkah kerja yang harus
dilakukan yaitu :
A. Pengambilan
sampel air
Pengambilan
sampel dapat dilakukan baik secara vertikal maupun horisontal. Pengambilan
sampel secara vertikal sering mengikuti petunjuk kedalaman standar oseanografi
(Michael, 1995). Dalam pengambilan sampel air dilakukan dengan metode lempar.
Pada metode ini langkahnya adalah pertama lempar jaring plankton Net ke atas
permukaan air dengan sesuai panjang yang kita ingin lakukan, kemudian tarik
kembali jaring plankton, air yang tertampung di ujung jaring pada botol
tampungan jaring tersebut kemudian di pidahkan ke dalam satu botol, jika ingin
di awetkan tetesi sampel dengan larutan formalin 4% kemudian tutup rapat botol
tersebut. Jika ingin mengamati langsung secara hidup tidak dilakukan pemberian
larutan formalin dan langsung saja dilakukan pengamatan di mikroskop.
Pemberian
bahan pengawet pada sampel dimaksudkan agar sampel-sampel yang tidak dapat
diamati segera setelah pengambilan sampel, tidak mengalami kerusakan.
Jenis-jenis bahan pengawet yang umum digunakan di lapangan adalah Formalin,
larutan Lugol, dan larutan Bouin. Sedangkan penggunaan alkohol untuk pengawet
plankton jarang dilakukan. Pemberian bahan pengawet dilakukan dengan segera
setelah sampel ditampung dalam botol sampel agar plankton tidak mengalami
kerusakan akibat terjadi proses pembusukan (Michael, 1995).
B. Pengamatan
plankton
Pengamatan
menggunakan mikroskop. Sampel yang terdapat di botol di ambil dengan mengunakan
pipet tetes, tetesi ke atas sebuah kaca objek sebanyak 1 tetes kemudian tutup
dengan kover glass,kemudian letakan di meja preparat, amati dengan mikroskop,
atur fokus mikroskop dengan mengatur pembesaran mulai dari kekuatan rendah
sampai dengan pembesaran yang tinggi sehingga gambar terlihat jelas. Hitunglah
ada berapa banyak masing-masing jenis spesies yang ditemukan.lakukan secara
berulang sehingga tidak ada terjadi kesalahan hasil.
3.4 analisis Data
A. Keimpahan Plankton
Penentuan kelimpahan
plankton dihitung dengan menggunakan
rumus Sachlan dan Effendie
(1972) dalam Dianthani (2003),
sebagai berikut:

Dimana
:
N
= Jumlah sel per liter (ind/l)
n
= Jumlah sel yang diamati atau didapat
Vr
= Volume air tersaring (ml)
Vo
= Volume air yang diamati (ml)
Vs
= Volume air yang disaring (l)
B. Indeks
Keanekaragaman
Distribusi dan
komposisi jenis plankton dapat
diketahui dengan menghitung Index
of General Diversity (H’) menggunakan
metode Shannon-Wiever berdasarkan
Pole (1974) dan Bengen (1999) dalam Dianthani (2003) :

Di
mana:
H′
= Indeks Keanekaragaman jenis
pi
= Proporsi kelimpahan dari jenis plankton ke-i (ni/N)
ni
= Jumlah individu jenis plankton ke-i
N
= Jumlah total individu plankton
Kisaran
total indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris, 1968 dalam Dianthani, 2003) : H′
< 2,3026 : keanekaragaman rendah 2,3026 < H′< 6,9078 : keanekaragaman
sedang H′ > 6,9078 : keanekaragaman tinggi
C. Indeks
Dominansi (D)
Dominansi
jenis plankton dapat dihitung berdasarkan Simpson (1949) dalam
Dianthani
(2003) sebagai berikut :

Dimana
:
D
= Indeks Dominansi
ni
= jumlah individu jenis ke-i
N
= Jumlah total individu
Berdasarkan
Odum (1971), dominansi hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D mendekati 0
tidak ada jenis
yang mendominasi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun
hasil dari praktikum mengenai plankton ini adalah sebagai berikut :
A. Komposisi
plankton yang didapat.
Tabel 1 : hasil pengamatan plankton
pada air laut.
No.
|
Spesies
|
Ciri utama tubuh
|
Gambar hasil praktikum
|
Jumlah
|
|||
1
|
Cosanodiscus radiatus
|
Bentuk
bundar tapi pipih warnanya terlihat kuning ke coklatan berbintik bintik
|
![]() |
1
|
|||
2
|
Biddulphia mobiciensis
|
Bentuk
tubuh persegi empat tidak sempurna mempunyai alat gerak pada tiap ujung
sudutnya sekitar 2 helai warna transparan kecoklatan
|
|
2
|
|||
3
|
Rhizocolenia stolilnothil
|
Bentuk
seperti batang memanjang terliahat transparan
|
|
8
|
|||
4
|
Macrocylops fuscus
|
Bentuk
lonjong mempunya 2 antena dan kulit luar yang keras terbuat dari kitin.
|
![]() |
2
|
|||
5
|
Glocotrihia echirelata
|
Bentuk tubuh seperti jarum dengan warna
tubuh kuning kecoklatan
|
|
2
|
|||
6
|
nauplius
|
Bentuk bundar lonjong memiliki alat
gerak5 depan dan 2 belakang berwarna transparan kuningan
|
|
3
|
|||
7
|
Ditylum brightwellii
|
Bentuk tubuh seprti kotak dan ada
bercak bercak garis pada tubuhnya tidak beraturan
|
![]() |
4
|
|||
88
8
|
|
warna tubuh kuning dan ada
sedikit hitam seperti papan yg bersusun
|
![]() |
1
|
|||
9
|
Bacillarariophyceae.sp
(diatome)
|
Bentuk tubuh panjang dan melebar
dengan ujung nya meruncing atas bawah warna transparan kekuningan
|
![]() |
4
|
|||
10
|
N.
balanus tintinnabulum
|
Tubuh transparan memiliki alat
gerak seperti kbelakang dan mempunya kaki spasang antena bagian depan dan
ekornya
|
![]() |
2
|
|||
11
|
|
|
|
2
|
Tabel 2 : hasil pengamatan plankton
air tawar.
No.
|
Spesies
|
Ciri utama tubuh
|
Gambar hasil praktikum
|
Jumlah
|
|||
1
|
Flagelaria sp
|
Bentuk tubuh seperti sehelai rambut dan
menpunyai badan sedikit besar seperti cambuk
|
![]() |
2
|
|||
2
|
Rhizocolenia bergonii
|
Bentuk tubuh panjang transparan dengan
adanya rongga sedikit pada tubuhnya
|
![]() |
11
|
|||
3
|
Mougeotila
|
Bentuk tubuh seperti pita pita
yang merambat panjangnya tidak
beraturan berwarna gelap unkuran tidak seragam
|
|
18
|
|||
4
|
Dinoflagellata.sp
|
Bentuk tubuh bulat seperti butiran
kacang hijau warna pun hijau tua ada sedikit kehitaman ukuran tidak seragam
|
![]() |
12
|
Tabel
3 : hasil pengamatan plankton air payau.
No.
|
Spesies
|
Ciri utama tubuh
|
Gambar hasil praktikum
|
Jumlah
|
1
|
Rivataria
|
Bentuk tubuh panjang dengan
karakteristik tak beraturan warna hitam transparan
|
![]() |
5
|
2
|
Glocotrihia echinelata
|
Bentuk tubuh transparan melengkung
ukuran nya tidak seragam
|
![]() |
9
|
3
|
Mougeotila
|
Bentuk tubuh seperti pita pita
yang merambat panjangnya tidak
beraturan berwarna gelap unkuran tidak seragam
|
![]() |
5
|
4
|
Ditylum brightwelii
|
Bentuk tubuh tak beraturan dan ada
bercak bercak garis pada tubuhnya tidak beraturan warna gelap
|
![]() |
12
|
B. Hasil
kelimpahan, indeks keseragaman, indeks dominan plankton.
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan kami mendata hasil yang dapat dilihat
dilampirkan ditabel yang dibuat sebagai berikut :
a. Indeks
kelimpahan plankton
Tabel
4 : kelimpahan plankton pada air laut.
No.
|
Spesies
|
jumlah
|
Kelimpahan
|
1
|
Cosanodiscus radiatus
|
1
|
0,250372
|
2
|
Biddulphia mobiciensis
|
2
|
0,500744
|
3
|
Rhizocolenia stolilnothil
|
8
|
2,002976
|
4
|
Macrocylops fuscus
|
2
|
0,500744
|
5
|
Glocotrihia echirelata
|
2
|
0,500744
|
6
|
Nauplius
|
3
|
0,751116
|
7
|
Ditylum brightwellii
|
4
|
1,001488
|
8
|
|
1
|
0,250372
|
9
|
Bacillarariophyceae.sp (diatome)
|
4
|
1,001488
|
10
|
N. balanus tintinnabulum
|
2
|
0,500744
|
11
|
|
2
|
0,500744
|
|
total
spesies
|
31
|
|
Diketahui
: n = 31, Vr = 100 ml, Vo = 0,5 ml, Vs = 798,8125 liter




Tabel
5: kelimpahan plankton pada air tawar.
No.
|
Spesies
|
jumlah
|
Kelimpahan
|
1
|
Bacillarariophyceae.sp (diatome)
|
2
|
0,500744
|
2
|
Rhizocolenia bergonii
|
11
|
2,754092
|
3
|
Mougeotila
|
18
|
4,506696
|
4
|
Dinoflagellata.sp
|
12
|
3,004464
|
total
spesies
|
43
|
Diketahui
: n = 43, Vr = 100 ml, Vo = 0,5 ml, Vs = 798,8125 liter




Tabel
6 : kelimpahan plankton pada air payau.
No.
|
Spesies
|
jumlah
|
Kelimpahan
|
1
|
Rivataria
|
5
|
1,25186
|
2
|
Glocotrihia echinelata
|
9
|
2,253348
|
3
|
Mougeotila
|
5
|
1,25186
|
4
|
Ditylum brightwelii
|
12
|
3,004464
|
total
spesies
|
31
|
Diketahui
: n = 31, Vr = 100 ml, Vo = 0,5 ml, Vs = 798,8125 liter




b. Indeks
keseragaman plankton
Tabel
7 : keseragaman dan dominasi plankton pada air laut
No.
|
Jenis spesies
|
Jumlah
( ni )
|
(ni/N)
|
Ln (ni/N)
|
(ni/N) x Ln (ni/N)
|
D =%
|
1
|
Cosanodiscus radiatus
|
1
|
0,0322
|
-3,4357
|
-0,1106
|
0,1
|
2
|
Biddulphia mobiciensis
|
2
|
0,0645
|
-2,741
|
-0,1768
|
0,41
|
3
|
Rhizocolenia
stolilnothil
|
8
|
0,258
|
-1,3547
|
-0,3495
|
6,65
|
4
|
Macrocylops fuscus
|
2
|
0,0645
|
-2,741
|
-0,1768
|
0,41
|
5
|
Glocotrihia echirelata
|
2
|
0,0645
|
-2,741
|
-0,1768
|
0,41
|
6
|
Nauplius
|
3
|
0,0967
|
-2,3361
|
-0,226
|
0,93
|
7
|
Ditylum brightwellii
|
4
|
0,129
|
-2,0479
|
-0,0479
|
1,66
|
8
|
|
1
|
0,0322
|
-3,4357
|
-0,1106
|
0,1
|
9
|
Bacillarariophyceae.sp
(diatome)
|
4
|
0,129
|
-2,0479
|
-0,0479
|
1,66
|
10
|
N. balanus tintinnabulum
|
2
|
0,0645
|
-2,741
|
-0,1768
|
0,41
|
11
|
|
2
|
0,0645
|
-2,741
|
-0,1768
|
0,41
|
|
Total spesies
|
31
|
|
|
-1,7765
|
|
Tabel
8 :keseragaman dan dominasi plankton pada air tawar
No.
|
Jenis spesies
|
Jumlah
( ni )
|
(ni/N)
|
Ln (ni/N)
|
(ni/N) x Ln (ni/N)
|
D =%
|
1
|
Bacillarariophyceae.sp
(diatome)
|
2
|
0,0465
|
-3,0683
|
-0,1427
|
0,21
|
2
|
Rhizocolenia bergonii
|
11
|
0,2558
|
-1,3633
|
-0,3487
|
6,54
|
3
|
Mougeotila
|
18
|
0,4186
|
-0,8708
|
-0,3645
|
17,52
|
4
|
Dinoflagellata.sp
|
12
|
0,279
|
-1,2765
|
-0,3561
|
7,78
|
|
Total spesies
|
43
|
|
|
-1,212
|
|
Tabel
9 : keseragaman dan dominasi plankton pada air payau
No.
|
Jenis spesies
|
Jumlah
( ni )
|
(ni/N)
|
Ln (ni/N)
|
(ni/N) x Ln (ni/N)
|
D =%
|
1
|
Rivataria
|
5
|
0,1612
|
-1,8251
|
-0,2942
|
2,6
|
2
|
Glocotrihia echinelata
|
9
|
-0,2903
|
-1,2368
|
-0,359
|
8,42
|
3
|
Mougeotila
|
5
|
0,1612
|
-1,8251
|
-0,2942
|
2,6
|
4
|
Ditylum brightwelii
|
12
|
0,387
|
-0,9493
|
-0,3673
|
14,98
|
|
Total spesies
|
31
|
|
|
-1,3147
|
|
4.2 Pembahasan
Dari praktikum ini bertujuan untuk mengetahui indeks
kelimpahandan indeks keragaman dan dominasi plankton disuatu perairan. pengambilan
sampling dilakukan dengan metode lempar. Pada metode ini jaring plankton
dilempar sekitar 5 meter kemudian ditarik secara perlahan dan konstan ke tepi.
Air yang tertampung pada botol di ujung jaring plankton kemudian dipindahkan ke
dalam botol bersih. Selanjutnya yaitu penambahan formalin 4% ke dalam botol
sampel dengan tujuan untuk mengawetkan plankton agar tidak hancur dan apabila
melakukan pengamatan hidup maka tidak perku diberi bahan pengawet bisa langsung
saja dilakukan pengamatan di microskop.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari praktikum plankton dibedakan menjadi dua jenis yaitu
zooplankton dan fitoplankton. Selain itu, plankton juga bisa dibedakan
berdasarkan ukuran dan siklus hidupnya. Pengambilan sampel plankton bisa
dilaksanakan dengan menggunakan plankton net.
hasilnya
kelimpahan yang didapat adalah 7,761532 idividu/liter (air laut dan air
payau),10,765996 individu/liter(air tawar) jadi kelimpahan yang terbanyak yaitu
air tawar. Indeks dominasi yang di
peroleh spesies jenis Rhizocolenia
stolilnothil yaitu sebesar 6,65%.(air laut), Mougeotila yaitu sebesar
17,52%(air tawar), Ditylum brightwelii yaitu sebesar 14,98%(air payau)
5.2 Saran
1) Usahakan
memiliki buku referensi identifikasi plankton yang cukup sehingga tidak ada
kesalahan dalam mengidentifikasinya.
2) Jika
mengambil referensi dari internet, pastikan sumbernya jelas dan terpercaya.
3) Lakukanlah
penelitian ulang untuk validitas hasil penelitian.
4) pada
saat melakukan praktikum diharapkan ada kerja samanya dalam membagi tugas
kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Michael,
P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Anonim2.
2012. Pengertian dan Definisi Nekton.
(http://blogger.com/pengertian-dan-definisi-nekton//). Diakses pada 12 April 2013.
Anonim1.
2010. Pengertian dan penggolongan plankton.
(http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/16/pengertian-dan-penggolongan-plankton/).
Diakses tanggal 2 April 2013.
Mukayat,
D.B. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Stewart,
M.E., dkk. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Jakarta : UI-press.
Dianthani,
D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak,Kalimantan Timur.
(http://www.geocities.com). Diakses 02 April 2013.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar